• Breaking News

    Pejuang Pena

    Coretan seorang hamba al-Izzah

    Wednesday, 1 August 2012

    EKSPRESI CINTA AKTIVIS DAKWAH


    Artikel ini diambil dari buku Jendela Keluarga Wanita Pendamba Cinta
    Setiap orang punya cara sendiri dalam mengekspresikan cinta pada sang pujaan hati. Adanya ekspresi cinta dalam sebuah rumah tangga pertanda hidupnya pertalian cinta kasih dalam keluarga itu. Bisa dibayangkan betapa keringnya suatu keluarga bila cinta tidak hidup di dalamnya.
    Ada orang yang berpendapat “ekspresikan cinta dengan bunga!”. Karena pesona keindahan bunga bisa mewakili beribu gejolak hati yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Karena rasa bahasa bisa jadi begitu miskin makna. Sedang cinta begitu abstrak tingkatan keindahannya. Tak ada satu pun orang yang sama dalam memaknai dalamnya cinta. Tergantung bagaimana pelaku cinta itu mendalaminya.
    Ada juga Orang yang mengekspresikan cinta dengan sepotong cokelat. Karena cokelat mempunyai sensasi rasa yang manis. Legit,enak dan hampir digemari oleh banyak orang. Ada juga yang mengekspresikan cintanya dengan manisnya kata yang dirangkai sedemikian indah, karena wanita memang suka dengan komunikasi verbal. Apalagi bila rangkaian kata yang indah terucap dari bibir sang suami tercinta.
    Bukannya suatu hal yang tabu bila para aktivis dakwah juga mengekspresikan cintanya pada belahan jiwanya. Sebagaimana Rasulullah Saw pun mengekspresikan cintanya pada para istrinya. Beliau pernah memanggil Aisyah dengan sebutan Humaira yang tentu saja melambungkan hati Aisyah. Begitu pun Beliau pernah marah pada Aisyah ketika Aisyah meremehkan istrinya Khadijah ketika Rasulullah memujinya.
    Rasulullah pun tidak malu menyatakan Cinta pada Aisyah ketika saat itu ada sahabat Beliau yang bertanya,Siapa orang yang di cintanya? Rasulullah menyatakan dari golongan laki-laki Abu Bakar sedang dari Wanita adalah Aisyah.
    Merujuk dari rumah tangga Rasulullah, seharusnya rumah tangga para aktivis dakwah juga harmonis. Karena pelaku dakwah adalah panutan masyarakat. Masyarakat akan menganggap sebagai aib sehingga akan melunturkan wibawa sang aktivis apabila rumah tangganya berantakan. Akan sangat menyedihkan lagi apabila perceraian yang terjadi disebabkan tidak terekspresikan cinta secara sehat di antara keduanya.
    Sejatinya pasangan kita bukan ahli telepati yang tahu apa yang ada dalam dada kita. Kalaupun pasangan kita tahu bahwa kita mencintainya akan lebih indah apabila si dia merasakan perhatian dan cinta kita padanya. Untuk itu kita perlu mengekspresikannya, bisa dengan kata-kata sebagaimana Rasulullah sering lakukan pada istrinya karena secara psikologis wanita sangat suka bila dipuji atau disanjung.
    Ekspresi bahasa tubuh terkadang lebih ampuh untuk menyatakan cinta dan perhatian kita. Rasulullah Saw dengan lembutnya menyediakan kedua pahanya untuk menjadi tempat berpijak Shafiyyah sang istri ketika turun dari sedekupnya.
    Bahkan Rasulullah dengan senang hati menjahit sendiri bajunya dan membantu pekerjaan istri-istrinya selama yang Beliau mampu lakukan. Beliau lakukan sebagai wujud perhatian dan ekspresi cinta kepada sang istri.
    EKSPRESI CINTA SESUNGGUHNYA
    Ada suatu nasihat bijak yang mengatakan bahwa mencintai itu menguatkan bukan melemahkan, mencintai itu bersemangat memberi bukan menuntut. Cinta itu siap berkorban untuk yang di cintai bukan mengorbankan. Alangkah indah bila nasihat bijak ini menjadi ekspresi cinta bagi para pasangan kaum Muslimin dan para aktivis dakwah. Apalagi kita sudah bersepakat bahwa kita membina keluarga dan mencintai karena Allah dan berpisah pun karena Allah.
    Bukankah keluarga adalah lahan amal yang di dalamnya tidak hanya untuk bersenang-senang dan meneruskan keturunan semata. Di dalamnya juga ada aktivitas beribadah dan berdakwah. Bagi seorang Muslim yang telah sadar akan hakikat hidup dan telah menjual dirinya untuk dakwah islam sebagai pengamalan “Yaa ayyuhal muddatstsir, Qum faandzir:Wahai orang yang berselimut,Bangunlah dan berilah peringatan!”(Q.s. Al Muddatstsir:1-2). Tentunya dengan berkeluarganya para aktivis dakwah akan memberikan darah baru yang akan menyegarkan semangat dakwah bukan malah sebaliknya.
    Kita tidak menutup mata, memang ada aktivis dakwah ketika masih bujang begitu bersemangat dalam beraktivitas dan berdakwah tapi begitu menikah malah tenggelam dan terlalu larut dalam urusan keluarga dan pernak-perniknya. Sehingga melalaikan tugas dakwah dan menjauh dari jamaah dakwah.
    Bagi seorang Muslimah tentunya ekspresi mencintai suami bukan berarti kita kehilangan jati diri. Kita tidak sepenuhnya lebur di dalamnya dan terlalu bergantung pada suami. Sehingga kita jadi melemah dan merasa tidak berdaya.
    Bukankah para suami kita adalah manusia biasa yang serba terbatas dan bisa sewaktu waktu meninggal, meninggalkan diri kita sendiri. Kita seperti terlupa ada Zat yang lebih berhak kita bergantung sepenuhnya kepada-Nya yaitu Allah tempat bergantung segala sesuatu.(Q.s. Al Ikhlas:2)
    Ninih Muthmainnah istri ustadz Aa’gym menuliskan dalam kata pengantarnya di buku bersamanya dengan penulis Irawati Istadi ”Mengenalkan Allah dengan Cinta” Beliau menceritakan pengalaman ruhaninya ketika menunaikan ibadah haji. Bersama suami dan jamaah.
    Dalam perjalanan haji itu ia mencoba untuk lebih banyak mandiri dalam melaksanakan rangkaian-rangkaian ibadah seputar haji. Pengalaman luar biasa ia rasakan ketika ia tiba-tiba memiliki keinginan kuat untuk mendekat ke pintu Ka’bah, Multazam. Hal ini seperti mustahil karena ia harus sendirian menerobos dan melawan arus ribuan manusia yang bertawaf mengitari Ka’bah. Allah memberi pertolongan,tiba-tiba ia memiliki kekuatan luar biasa untuk menembus jamaah-jamaah haji yang berjubel mengitari Ka’bah. Dan Allahu Akbar ia berhasil. Begitu pun ketika ia harus menerobos keluar dari daerah Multazam untuk melanjutkan Thawaf.
    Pengalaman ini semakin memantapkannya bahwa kita justru menjadi lemah ketika bergantung pada manusia, tetapi jika sepenuhnya bergantung hanya kepada Allah maka akan ada energi dahsyat yang Dia alirkan. Allah akan mendatangkan pertolongan-Nya.
    Subhanallah pengalaman ruhani yang luar biasa, dengan semakin mandiri secara spiritual bukan berarti perempuan hilang ketaatannya dan khidmatnya pada suami justru ketaatan dan khidmatnya pada suami semata mata wujud ekspresi cinta kita yang sesungguhnya kepada Allah bukan semata mata hanya cinta pada suami.
    Begitu pun dalam menjalankan peran Muslimah sebagai individu, sebagai istri dan sebagai hamba Allah tidak boleh keluar dari bingkai syariat juga adalah wujud ekspresi cinta kita pada Allah sang Maha Kasih.
    Maka ketika sudah berkeluarga seharusnya seorang Muslimah harus lebih bersemangat. Tidak malah merasa diri terhambat dan terbelenggu karena jika perasaan-perasaan negatif ini menguasai diri sama saja kita mengali kuburan sendiri Jangan terlalu silau dan terpaku dengan gelar, jabatan, ketokohan, berdakwalah sesuai dengan kemampuan dan bidang kita masing-masing. Sebagai ekspresi cinta kita kepada Allah SWT sebagaimana telah di lakukan oleh Rasulullah Saw beserta keluarga dan para sahabat dan sahabiyyah.

    source: pro u media

    WARNING !

    Konten blog ini masih banyak kekurangan.

    (Beberapa konten dari zaman SMA dulu, mohon maklum)

    Ambillah yang bermanfaat dan tinggalkan yang mafsadat serta syubhat.

    Semoga Arrohmaan menjaga, menunjuki dan mengampuni pemilik blog ini.

    Baarokallaahu fiikum.

    Ukhtukum Fillaah,

    Al-Qowarir Fidinillaah.

    Sahabat Blogger

    Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net