Kekerasan di Suriah (Foto: Trust)
DAMASKUS - Pertempuran antara oposisi dan pasukan pemerintah akan menentukan nasib Suriah. Hal itu ditegaskan Presiden Bashar al-Assad melalui pernyataan tertulisnya dalam rangka memperingati Hari Angkatan Bersenjata.
Dalam pernyataan yang sama Presiden Assad juga memuji kinerja pasukan Suriah dalam berhadapan dengan apa yang disebutnya sebagai teroris bersenjata.
"Nasib rakyat kita, bangsa kita, masa lalu, saat ini dan masa depan tergantung pada pertempuran ini," ujar Assad, seperti diberitakan BBC, Rabu (1/8/2012).
Presiden Assad sendiri diketahui sudah dua pekan terakhir, tidak membuat pernyataan di hadapan publik bahkan disaat pemimpin dunia lainnya melontarkan serangan kepadanya.
Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pihak oposisi dalam beberapa pekan terakhir kerap terjadi di jalan-jalan Kota Damaskus juga kota terbesar kedua di negara itu Aleppo. Bahkan laporan terakhir menyebutkan pertempuran untuk pertama kalinya terjadi di dekat dua wilayah Kristen di Kota Tua Damaskus.
"Rentetan tembakan dan ledakan juga terdengar di Baghdad Street, di pusat kota," ujar Pemantau Hak Asasi Suriah yang berbasis di Inggris.
Sementara itu, Amnesty International mengatakan, apa yang terjadi di Kota Aleppo adalah tragedi kemanusiaan. Kelompok ini mendesak agar Dewan Keamanan PBB (DK PBB) segera merujuk Suriah ke Mahkamah Internasional dan memberlakukan embargo senjata atas negara itu.
Amnesty International menuding pasukan pemerintah dan milisi pro-pemerintah yang dikenal sebagai shabiha telah menembaki pengunjuk rasa serta tim pemantau termasuk anak-anak. Petugas medis pun tidak luput dari sasaran korban kebrutalan rezim ini.
Terkait dengan pertempuran yang terjadi di Aleppo, oposisi mengatakan saat ini armada militer dalam jumlah besar tengah menuju kota itu untuk memperkuat pasukan yang telah lebih dulu berada di kota itu. Namun hal ini belum dikonfirmasi oleh Pemerintah Suriah.
Dalam pernyataan yang sama Presiden Assad juga memuji kinerja pasukan Suriah dalam berhadapan dengan apa yang disebutnya sebagai teroris bersenjata.
"Nasib rakyat kita, bangsa kita, masa lalu, saat ini dan masa depan tergantung pada pertempuran ini," ujar Assad, seperti diberitakan BBC, Rabu (1/8/2012).
Presiden Assad sendiri diketahui sudah dua pekan terakhir, tidak membuat pernyataan di hadapan publik bahkan disaat pemimpin dunia lainnya melontarkan serangan kepadanya.
Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pihak oposisi dalam beberapa pekan terakhir kerap terjadi di jalan-jalan Kota Damaskus juga kota terbesar kedua di negara itu Aleppo. Bahkan laporan terakhir menyebutkan pertempuran untuk pertama kalinya terjadi di dekat dua wilayah Kristen di Kota Tua Damaskus.
"Rentetan tembakan dan ledakan juga terdengar di Baghdad Street, di pusat kota," ujar Pemantau Hak Asasi Suriah yang berbasis di Inggris.
Sementara itu, Amnesty International mengatakan, apa yang terjadi di Kota Aleppo adalah tragedi kemanusiaan. Kelompok ini mendesak agar Dewan Keamanan PBB (DK PBB) segera merujuk Suriah ke Mahkamah Internasional dan memberlakukan embargo senjata atas negara itu.
Amnesty International menuding pasukan pemerintah dan milisi pro-pemerintah yang dikenal sebagai shabiha telah menembaki pengunjuk rasa serta tim pemantau termasuk anak-anak. Petugas medis pun tidak luput dari sasaran korban kebrutalan rezim ini.
Terkait dengan pertempuran yang terjadi di Aleppo, oposisi mengatakan saat ini armada militer dalam jumlah besar tengah menuju kota itu untuk memperkuat pasukan yang telah lebih dulu berada di kota itu. Namun hal ini belum dikonfirmasi oleh Pemerintah Suriah.
