Oleh : Halimah Assa’diyyah
I. PENDAHULUAN
Manusia diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala bukan untuk main-main saja. Namun lebih dari itu yakni untuk beribadah kepada Allah
subhanahu wata’ala. Allah tidaklah menciptakan melainkan bertanggung jawab
terhadap ciptaannya dengan mengutus seorang Rasul di tengah kaum yang jahil.
Allah subhanahu
wata’ala mengutus Rasul-Nya untuk menyeru kepada kaumnya agar mentauhidkan
Allah subhanahu wata’ala saja. Dan Allah subhanahu wata’ala meridhai Islam
sebagai Diin yang menjadi rahmat bagi semesta alam melalui utusan-Nya Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Telah dijadikan-Nya pada diri Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam uswatun hasanah.
Pada makalah ini,
pemakalah akan memaparkan tentang sejarah Nabi Muhammad agar kita bisa
mengambil hikmah dari kisah beliau. In sya Allah.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Sejarah dan Nabi ?
2. Bagaimana Dalil pentingnya mempelajari Sejarah dari Al-Qur’an ?
3. Bagaimana Sejarah Nabi Muhammad?
III. PEMBAHASAN
1. Pengertian Sejarah dan Nabi
Sejarah adalah sebuah asal-usul (keturunan) silsilah atau kejadian
dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau[1].
Sedangkan Nabi adalah seorang yang diberi wahyu oleh Allah
subhanahu wata’ala untuk melanjutkan syari’at yang diemban oleh Rasul
sebelumnya[2].
2. Dalil Pentingnya Mempelajari Sejarah dari Al-Qur’an dan
Al-Hadits
a. Dalil dari Al-Qur’an
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
قُلْ
سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ
كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al-Hasyr: 18)
Ayat di atas menunjukkan
pentingnya sejarah yang telah lalu untuk ditelaah kembali sebagai i’tibar,
seperti yang dikatakan Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu : Hisablah dirimu
sendiri sebelum engkau dihisab.
قُلْ
سِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلُ
كَانَ أَكْثَرُهُمْ مُشْرِكِينَ
Artinya : Katakanlah: "Adakan
perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu
adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)". (Ar-Ruum: 42)
Ayat di atas merupakan perintah agar memperhatikan
sejarah orang-orang terdahulu yang kebanyakan ditimpa adzab oleh Allah
dikarenakan kemusyrikan mereka. Allah memerintahkan hal tersebut agar manusia
mau mengambil pelajaran darinya dan agar takut kepada Allah.
3. Sejarah Nabi Muhammad
a. Nasab Kelahiran Nabi Muhammad
Nasabnya ialah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib ( namanya
Syaibatu al- Hamid) bin Hisyam bin Abdi Manaf ( namanya al-Mughirah) bin
Quraisy ( namanya Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Khuzaimah
bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nazar bin Mu’iddu bin Adnan.
Itulah nasab Rasulullah saw yang telah disepakati. Selebihnya dari
yang telah
disebutkan di atas masih diperselisihkan. Tetapi hal yang sudah
tidak diperselisihkan lagi ialah, bahwa Adnan termasuk anak Isma’il bin
Ibrahim. Dan bahwa Allah telah memilihnya ( Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam)
dari kabilah yang paling bersih, keturunan yang paling suci dan utama. Tak
sedikitpun dar karat-karat jahiliyah yang menyusup ke dalam nasabnya.
Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Rasulullah saw, beliau
bersabda : “Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah dari anak Isma’il dan
memilih Quraisy dari Kinanah, kemudian memilih Hasyim dari Quraisy dan
memilihku dari Bani Hasyim.“[3]
b. Masa Kelahiran dan Pertumbuhan Nabi Muhammad
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam dilahirkan pada hari Senin
pagi, 9 Rabi’ul Awwal, tahun gajah. Bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April
571 M.
Beliau dilahirkan dari Suku Quraisy, yaitu Suku yang paling
terhormat di Jazirah Arab. Dari suku Quraisy itu, beliau berasal dari Bani
Hasyim, anak Suku yang juga paling terhormat di dalam Suku Quraisy.
Rasulullah
dilahirkan dalam keadaan yatim. Ayah beliau meninggal ketika beliau masih
berada di dalam kandungan dalam usia 2 bulan.
Setelah melahirkan, Ibu beliau segera membawanya kepada kakeknya
Abdul Muttholib, lalu kakeknya membawanya ke Ka’bah. Dia berdo’a kepada Allah dan
bersyukur kepada-Nya. Lalu beliau diberi nama “Muhammad”, nama yang belum
dikenal pada masyarakat Arab Masa itu. Lalu pada hari ketujuh pasca
kelahirannya Muhammad dikhitan.
Setelah itu beliau
disusukan kepada Halimah binti Abi Dzu’aib dari Suku Sa’ad bin Bakr yang
kemudian dikenal dengan nama Halimah Assa’diyyah.
Muhammad disusui oleh Halimah selama 5 tahun di perkampungan Bani
Sa’ad.
Pada usia itu
pula, beliau mengalami peristiwa pembelahan dada (Syaqqus Shadr). Suatu hari
ketika beliau tengah bermain bersama teman-temannya, tiba-tiba Malaikat Jibril
menghampiri dan menyergap beliau. Lalu beliau dibaringkan, kemudian dadanya
dibelah , lalu hatinya dimbil selanjutnya dikeluarkan segumpal darah darinya,
seraya berkata : “Inilah bagian setan yang ada padamu”.
Kemudian hati tersebut dicuci di bejana emas dengan air zam-zam,
setelah itu dikembalikan ke tempat semula.
Sementara itu teman-temannya melaporkan kejadian itu kepada Halimah
seraya berkata : “ Muhammad dibunuh... Muhammad dibunuh”. Maka mereka
bergegas menghampiri tempat Muhammad, mereka mendapatinya dalam keadaan pucat
pasi.
Setelah itu Halimah sangat khawatir dan kemudian mengembalikan
beliau kepada ibunya.
Pada usianya yang
ke-6 Muhammad diajak ibunya untuk berziarah ke makam ayahnya, namun di tengah
perjalannya tepat di kampung Abwa’ ibu beliau meninggal karena sakit. Kemudian
setelah meninggalnya Ibu beliau, Muhammad diasuh oleh kakeknya Abdul Muththalib. Namun dalam usia
beliau yang ke-8, kakeknya meninggal. Sebelum kakeknya wafat, kakeknya sempat
berpesan agar Muhammad diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Beliau diasuh oleh
pamannya hingga dewasa. Dan beliau juga sering diajak untuk berdagang oleh
pamannya, hingga beliaupun mengenal Siti Khadijah. Kepribadian Muhammad yang
mulia menjadikan Khadijah kagum dan akhirnya Khadijah menginginkan dirinya
dinikahi oleh Muhammad. Dan Khadijah menceritakan keinginannya itu kepada
sahabatnya Nafisah binti Mani’ah dan segera Nafisah menyampaikan keinginan
tersebut kepada Muhammad, memohon agar beliau menikahi Khadijah. Akhirnya
Muhammad setuju, segera diberitahukan paman-pamannya dan akhirnya pamannya
datang kepada paman Khadijah untuk melamarnya untuk Muhammad.
c. Pengangkatan Muhammad Menjadi Rasul
Ketika usia Muhammad mendekati sekitar 40 tahun, beliau lebih suka
menyendiri dan menjauh dari kesyirikan-kesyirikan yang ada di Mekkah. Beliau
suka menyendiri di Gua Hira’ sekitar 2 mil dari Mekkah.
Pada hari Senin, 21 Ramadhan, tepat saat beliau berusia 40 tahun
dalam hitungan hijriah datanglah Malaikat Jibril. Beliau dipeluk 3 kali, setiap
kali memeluk Muhammad, dia berkata “bacalah”, setiap kali itu pula
Muhammad menjawab : ”aku tidak bisa membaca”.
Saat itu Muhammad sangat takut dan panik.
Setelah itu Jibril membacakan QS. Al-Alaq : 1-5
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَ خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَم
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَم عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Kemudian Jibril meninggalkan beliau. Sejak saat itulah
Muhammad diangkat menjadi seorang Nabi.
Lantas Nabi Muhammad pulang ke rumah dalam keadaan
gemetar dan ketakutan. Lalu menceritakan kejadian tersebut kepada Khadijah dan
berkata :”selimuti aku.... selimuti aku”
Pada saat itulah wahyu yang kedua diturunka yakni QS.
Al-Muddatsir : 1-7
يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ وَرَبَّكَ
فَكَبِّرْ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ وَلا تَمْنُنْ
تَسْتَكْثِرُ وَلِرَبِّكَ فَاصْبِر
Artinya :” Hai orang yang berkemul (berselimut),
bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu
bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah, dan
janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya ayat ini, jelaslah bahwa Rasulullaah
diutus untuk menyeru kepada kaumnya untuk mengagungkan Rabbnya dengan tunduk
patuh kepada-Nya.
d. Perjuangan Dakwah
1.
Dakwah di Mekkah
Pada awal-awal dakwah beliau memulainya dengan dakwah
sirriyah atau sembunyi-sembunyi, dan mad’u beliau yang pertama adalah keluarga
dan sahabat beliau. Usaha dakwah itu membuahkan hasil, terkumpul sejumlah orang
yang menyatakan diri masuk Islam. Dan kelompok itu biasa sisebut dengan
As-sabiiqunal Awwaluun (Generasi pertama yang menerima Islam).
Yang
pertama adalah isteri beliau, Khadijah binti Khuwailid lalu budak beliau Zaid bin Haritsah lalu sepupunya Ali bin Abi
Thalib kemudian sahabat dekatnya Abu Bakar Ash-Siddiq.
Namun lama kelamaan masyarakat mulai mengetahi dakwah
Rasulullah, mulai saat itulah mereka lebih mengawasi gerak-gerik beliau.
Kemudian turunlah wahyu Allah yakni QS. Asy-Syu’ara :
214
وَأَنْذِرْ
عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ
Artinya : “dan berilah peringatan kepada
kerabat-kerabatmu yang terdekat.”
Sejak saat itulah beliau mengumpulkan
kerabat-kerabatnya dari Bani Hasyim namun tidak ada respon positif dari mereka
kecuali dari pamannya Abu Thalib. Abu Thalib bersedia melindunginya namun tidak
mau meninggalkan agama nenek moyangnya.
Semakin hari permusuhan masyarakat tampak nyata
terhadap Rasulullah. Berbagai hinaan , serta penyiksaan fisik dilakukan kepada
beliau. Hingga akhirnya diputuskanlah untuk hijrah ke Habasyah (Ethiopia).
Pada bulan Rajab tahun ke-5 kenabian, hijrahlah
rombongan pertama dari kalangan para sahabat ke Habasyah. Mereka terdiri dari
12 orang laki-laki dan 4 orang wanita yang dipim[in oleh Utsman bin ‘Affan dan
didampingi oleh isterinya Ruqayyah binti Rasulullah. Kemudian disusul oleh
rombongan kedua yakni 83 orang laki-laki dan 19 orang wanita menuju Habasyah.
Disana orang-orang muslim mendapatkan perlindungan dari raja Najasyi.
Namun kafir Quraisy gusar mengetahui bahwa orang-orang
muslim dilindungi oleh raja Najasyi, kemudian mereka mengutus dua pemuda yang
cerdas untuk membujuk raja Najasyi agar memulangkan orang-orang muslim kembali
ke kampung halamnnya. Mereka itu adalah ‘Amr bin ‘Ash dan Abdullah bin Rabi’ah
(Sebelum masuk islam). Namun usaha kafirin gagal total berkat kepiawaian dari
Ja’far bin Abi Thalib dan kebijaksanaan raja Najasyi (bi idznillah).
Pada tahun
ke-10 kenabian Rasulullah mengalami tahun yang berat, yakni Abu Thalib
meninggal dan yang lebih menyedihkan adalah bahwa Abu Thalib meninggal dalam
keadaan kafir. Kematian Abu Thalib dilanjutkan dengan wafatnya isterinya Ummul
Mukminin Khadijah binti Khuwailid. Dua orang yang senantiasa melindunginya kini
telah tiada. Rasulullah mencoba hijrah ke Thaif berharap disana Islam diterima
dengan baik, namun ternyata justru sebaliknya disana ditolak dengan
mentah-mentah. Pada tahun yang sama di bulan Syawal, Rasulullah menikahi Saudah
bin Zumah. Awalnya Saudah adalah isteri dari Sakran bin Amr yang dahulu ikut
hijrah ke Habasyah, namun suaminya meninggal disana.
Pada musim
haji tahun ke-11 kenabian, Rasulullah mendakwahkan Islam kepada
rombongan-rombongan haji. Meskipun tidak ada respon yang signifikan, namun
Rasulullah berhasil mendakwahkan Islam kepada 6 pemuda dari Madinah yang
berasal dari suku Khazraj. Mereka adalah :
1. Asad bin Zurarah
2. Auf bin Al-Harits bin Rifaah, Ibnu ‘Afra
3. Rafi’ bin Malik bin ‘Ajlan
4.Quthbah bin ‘Amir bin Hadidah
5. ‘Uqbah bin ‘Amir bin Naby
6. Jabir bin Abdullah bin Ri’ab
Dan itulah Baiat Aqobah yang pertama.
Pada tahun yang sama di bulan Syawal, Rasulullah
menikahi ‘Aisyah bi Abu Bakar saat ia berusia 6 tahun, namun baru dicampuri di
Madinah pada bulan Syawal tahun ke-1 Hijriah ketika Aisyah berusia 9 tahun.
Pada musim
haji tahun ke-13 kenabian, rombongan orang yang berhaji dari Madinah yang
berjumlah 73 orang laki-laki, dan 2 orang perempuan melakukan Bai’at Aqobah
yang kedua.
2. Dakwah di Madinah
Setelah
ba’at Aqobah yang kedua, muslimin hijrah ke Madinah dengan sembunyi-sembunyi.
Hingga selang 2 bulan tidak ada muslimin yang tersisa kecuali Rasulullah, Abu
Bakr as-shiddiq dan Ali bin Abi Thalib serta muslimin yang ditahan musyrikin.
Rasulullah
keluar dari rumahnya pada malam 27 Shafar tahun ke-14 kenabian, kemudian beliau
mendatangi Abu Bakar Ash-Shiddiq dan mereka lekas pergi menuju Madinah. Mereka
berdua berjalan menuju Gua Tsur dan menetap disana selama 3 malam untuk
menghindari pengejaran kafir Quraisy.
Pada
hari Senin tanggal 8 Rabi’ul Awwal tahun ke-14 kenabian atau pada tahun 1
Hijriah, Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wasallam singgah di Quba’. Disana
beliau singgah 4 hari dan membangun masjid Quba’.
Pada
hari Jum’at Rasulullah melanjutkan perjalanannya menuju Madinah dan sesampainya
disana beliau mengganti nama awalnya (Yatsrib) menjadi Madinatur Rasul dan
lebih dikenal dengan nama Madinah. Disana, beliau disambut dengan suka cita
penduduk Madinah. Mereka berebut untuk menjamu Rasulullah, namun beliau
mengisyaratkan agar unta tunggangan beliau yang memilih tempat untuk
disinggahi. Lalu unta tersebut berhenti di dekat rumah Abu Ayub, maka
Rasulullah tinggal disana.
Komposisi
penduduk Madinah adalah kaum muslimin, kaum musyrikin dan kaum Yahudi.
Langkah
pertama Rasulullah di Madinah adalah membangun masjid Nabawi di tempat
berhentinya Unta Rasulullah. Langkah selanjutnya adalah mempersaudarakan kaum
Muhajirin dengan Kaum Anshor.
Perjuangan
Islam setelah itu dipenuhi dengan ujian, mulai dari perang ataupun yang
lainnya. Dan ujian terberat bagi kaum muslim saat itu adalah wafatnya
Rasulullah. Beliau wafat pada hari Senin 12 Rabi’ul Awwal 11 Hijriah, tepat pad
a usia 63 tahun lebih 4 hari.
IV. PENUTUP
Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat diambil
manfaatnya. Tentu saja makalah ini jauh dari sempurna karena kealpaan adalah
mutlak sifat manusia. Apabila ada kesalahan dalam penulisan ataupun penyampaian
materi, saya sebagai penulis mohon maaf sebesar-besarnya.