(source of pict : google)
Kedua, Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak beribadah kepada-Nya , enggan menjalankan perintah-Nya atau menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridhoi-Nya. Hati seperti ini selalu berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi , walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allaah Ta'ala. Baginya , yang penting adalah memenuhi keinginan hawa nafsu. Ia menghamba kepada selain Allaah Ta'ala.
Jika ia mencinta , membenci, memberi dan menahan diri, semuanya karena hawa nafsu. Hawa nafsu telah menguasainya dan lebih ia cintai daripada keridhaan Allaah Ta'ala.
Hawa nafsu telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah sopirnya, kelalaian adalah kendaraan baginya. Seluruh pikirannya dicurahkan untuk menggapai target-target duniawi.
Ia diseru kepada Allaah Ta'ala dan negeri akhirat, tetapi ia berada di tempat yang jauh , sehingga ia tidak menyambutnya. Bahkan ia setia mengikuti setan yang sesat. Hawa nafsunya telah menjadikannya tuli dan buta terhadap kebenaran. Bergaul dengan orang yang hatinya mati adalah penyakit, berteman dengannya adalah racun, dan bermajlis dengan mereka adalah bencana.
bersambung...