Ketika
bunga-bunga bermekaran di taman.......... disana pulalah gulma dan hama
serentak mengunjukkan keberadaannya. Mencoba mengganggu mekarnya bunga,
berharap ia layu sebelum mekar lama dan tercium aromanya oleh kupu-kupu dan
sebelum ia mempersembahkan madunya untuk lebah.
Kawan ,
seperti itulah perumpamaan perjalanan kita saat kita berada di masa yang
produktif. Hambatan pasti ada, mustahil untuk dihindari... karena ia datang
untuk dilalui dengan keteguhan hati.
Sebelumnya
bunga itu hanya setangkai tanaman yang berduri dan tiada menawan sedikitpun
sehingga anginpun tak tega menghempasnya karena betapa ia terlalu renta....
Begitulah
ketika seseorang tengah berada di saat keterpurukannya, tak menyadari akan
potensi dirinya yang ketika ia mau untuk menggalinya maka ia takkan seperti
itu... maka mulailah dari sekarang untuk tetap tegar dan kuat, karena ketika
kita lemah yang menyambut kita hanyalah keterpurukan , tiada yang lain !
Saatnya
memperbaiki niatan yang selama ini tertutupi oleh kelabu angan dan olehnya
senantiasa hati terasingkan dari cahaya semangat.
Kita
hanya hidup sementara kawan....
Pernahkah
kalian berfikir, manakala kelak kita telah tiada dan tiada satupun yang kita
persembahkan untuk kebaikan umat manusia ini, lantas bagaimana kita lantas bangga
pergi dari dunia dengan bahagia... sedangkan yang lain tengah berlomba-lomba
untuk berkarya... mempersembahkan tiap detik usianya untuk meninggikan
kemuliaan ISLAM.
Tentu
saja smua itu tak semudah ketika kita mengacungkan tangan dan berkata aku bisa,
sedangkan setelah itu raga kembali renta tertempa oleh kerikil yang terlampau
kecil.
Yang
kita butuhkan adalah CINTA. Ya.... cinta yang sejati, ia yang menjadikan kita
tak berputus asa dalam menghadapi nestapa panggung sandiwara. Dan menjadikan
kita apa adanya serta menjadi semua bisa untuk terus berjuang mengarungi
hamparan kefana’an dunia ini.
Cinta
yang menjadikan kita takut untuk berdusta, serta cinta yang menjadikan kita di
barisan terdepan dalam sebuah perjuangan membela agama Allaah subhaanahu
wata’ala.
Bukan
“cinta” yang membuat lisanmu kelu untuk tak berdusta serta mengingkari
tanda-tanda kebesarannya, karena ia hanyalah nafsu belaka. Ia hanya datang
manakala hati tak khusyu’ dengan ketaatan kepada Allaah ‘azza wa jalla. Dan ia
akan tetap terus menjerat jiwa manakala sang hamba tidak mau melepaskan angan
semunya. Karena cinta haqiqi itu menunjukka kita kepada keta’atan, bukan
kemaksiatan.
Pernahkah
kau tahu betapa seluruh alam semesta tunduk patuh kepada Robb-Nya. Tentu saja,
itu karena mereka sungguh sangat takut kepada Allaah. Setiap disebut asma-Nya,
maka tunduklah mereka yang taat kepada-Nya. Bagaimana dengan kita yang
dianugrahi kelebihan.... mata yang dengannya Allaah memerintahkan kita untuk
melihat ayat-ayat-Nya, telinga yang dengannya kita mampu mendengar asma-Nya
serta lisan yang mana Allaah menjadikannya agar kita membisikkan kebaikan. Dan
tentu saja hati, yang senantiasa berbolak-balik sesuai dengan nai-turunnya keimanan seorang
hamba.
Dengan
amal sholih dan menghindari keburukanlah yang mampu mencharge hati agar
tetap lapang. In syaa Allaah...