• Breaking News

    Pejuang Pena

    Coretan seorang hamba al-Izzah

    Saturday, 20 April 2013

    Siasat Perundingan


    Di dalam riwayat Ibnu Hisyam dari Ibnu Ishaq disebutkan bahwa ‘Utbah bin Rabi’ah
    seorang tokoh cendekiawan di antara kaumnya berkata di majelis pertemuan Quraisy,“Wahai
    kaum Quraisy, ijinkanlah aku bertemu dan berdialog dengan Muhammad, dan menawarkannya beberapa tawaran kepadanya, barangkali dia bersedia menerima salah satunya. Kita berikan kepadanya apa yang disukainya, dan dia berhenti menyusahkan kita.“ Kaum Quraisy menjawab:“ Kami setuju, wahai Abu al-Walid . Pergi dan berdialoglah kepada Muhammad.“
    Kemduian ‘Utbah datang kepada Rasulullah  , lalu duduk di hadapan Nabi , dan
    berkata,“ Wahai putra saudaraku, anda adalah seorang dari lingkungan kami, dan andapun
    telah mengetahui kedudukan silsilah kami ( yang dipandang terhormat oleh semua orang Arab). Namun ternyata anda telah membawa suatu persoalan yang amat gawat kepada kaum kerabat anda, dan anda telah memecah-belah kerukunan dan persatuan mereka. Sekarang dengarkanlah baik-baik, saya hendak menawarkan kepada anda beberapa hal yang mungkin dapat anda terima salah satu di antaranya. „ Nabi saw menjawab :“ Katakanlah , hai Abu al-Walid , apa yang hendak kamu tawarkan.“ ‘Utbah bin Rabi’ah berkata :“ Wahai putra saudaraku, jika dengan dakwah yang anda lakukan itu anda ingin mendapatkan harta kekayaan, maka akan kami kumpulkan harta kekayaan yang ada pada kami untuk anda, sehingga anda menjadi orang yang terkaya di kalangan kami. Jika anda menginginkan kehormatan dan kemuliaan, anda akan kami angkat sebagai pemimpin, dan kami tidak akan memutuskan persoalan apa pun tanpa persetujuan anda. Jika anda ingin menjadi raja, kami bersedia menobatkan anda sebagai raja kami. Jika anda tidak sanggup menangkal jin yang merasuk ke dalam jiwa anda, kami bersedia mencari tabib yang sanggup menyembuhkan anda, dan untuk itu kami tidak akan menghitung-hitung berapa biaya yang diperlukan sampai anda sembuh.“
    Rasulullah saw bertanya kepada ‘Utbah,“ Sudah selesaikan anda wahai Abu al-Walid ?“
    Jawab ‘utbah ,“ Sudah“. Nabi saw berkata ,“Sekarang dengarkanlah dariku.“ Kemudian Nabi
    saw membaca :
    “Haa Miim. Diturunkan Tuhan yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang telah
    dijelaskan ayat-ayatnya, al-Quran dalam bahasa Arab, bagi kaum yang hendak mengetahuinya. Kitab yang membawakan berita gembira dan yang membawakan peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling dan mereka tidak mau mendengarkannya. Mereka (bahkan) berkata :“ Hati kami tertutup bagi apa yang kamu serukan kepada kami, dan telinga kami pun tersumbat rapat . Antara kami dan kamu terdapat dinding pemisah. Karenanya, silahkan kamu berbuat (menurut kemauanmu sendiri) dan kami pun berbuat (menurut kemauan kami sendiri).“ Katakanlah ( Hai Muhammad),“ Bahwasannya aku adalah seorang manusia (juga) seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Satu, karena itu hendaklah kamu tetap pada jalan lurus menuju kepada-Nya dan celakalah orang-orang yang mempersekutukan- Nya......:“
    Ketika ‘Utbah mendengar bacaan Rasulullah saw sampai ayat :
    „ Jika mereka berpaling maka katakanlah ,“ Kalian telah kuperingatakan (mengenai datangnya ) Petir  (adzab) seperti petir yang menghancurkan kaum ‘Aad dan Tsamud (dahulu) QS Fushshilat : 13
    ‘Utbah menutup mulut Nabi saw dengan tangannya memohon supaya berhenti
    membacanya karena takut ancaman yang terkandung di dalam ayat tersebut.
    Kemudian ‘Utbah kembali kepada kaummnya yang sudah menantinya. Mereka
    bertanya,“ Bagaimana hasilnya wahai Abu al-Walid ?“ ‘Utbah menjawab :“ Aku mendengar
    suatu perkataan yang belum pernah aku dengar sama sekali. Demi Allah, perkataan itu bukan
    syair, bukan sihir, dan bukan pula mantera dukun. Wahai kaum Quraisy, taatilah aku , dan
    biarkan Muhammad dengan urusannya. Biarkanlah dia! Demi Allah, sungguh perkataan yang
    aku dengar darinya itu akan menjadi berita yang menggemparkan. Jika apa yang dikemukakan Muhammad  terjadi pada bangsa Arab, maka hanya dia yang bisa membebaskan kamu. Dan jika Muhammad berkuasa atas bangsa Arab, maka kekuasaannya adalah kekuasaanmu, kemuliaannya adalah kemuliaan kamu juga.“
    Kaum Quraisy menjawab,“ Demi Allah, Muhammad telah mensihirmu, wahai Abu al-
    Walid, dengan perkataanya.“ ‘Utbah berkata,“ Demikianlah pendapatku tentang Muhammad .
    Kamu bebas untuk berbuat sesukamu.“
    Thabari dan Ibnu Katsir meriwayatkan bahwa beberapa orang musyrik, termasuk al-
    Walid bin Mughira dan al-Ash bin Wa’il , datang menemui Rasulullah menawarkan harta
    kekayaan dan gadis tercantik kepadanya, dengan syarat beliau bersedia meninggalkan kecaman terhadap tuhan-tuhan mereka. Ketika Nabi  menolak tawaran tersebut, mereka
    menawarkan,“Bagaimana jika anda menyembah tuhan-tuhan kami sehati, dan kami menyambah tuhanmu sehari (bergantian)?“ Tetapi tawaran ini juga ditolak oleh Nabi saw. Dan berkenaan dengan hal ini Allah swt menurunkan fimarn-Nya :
    „Katakanlah ,“Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak parnah (juga) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamau, dan untukku agamaku.“ QS al-kafirun 1-6
    Para pembesar Quraisy belum berputus asa membujuk Nabi . Secara beramai-ramai
    mereka mendatangi Rasulullah saw dan menawarkan kembali apa yang pernah ditawarkan oleh ‘Utbah kepada nabi. Mereka menawarkan kekuasaan, harta kekayaan dan pengobatan.
    Kepada mereka Rasulullah  mengatakan ,“Aku tidak memerlukan semua yang kamu
    tawarkan. Aku tidak berdakwah karena menginginkan harta kekayaan, kehormatan, atau
    kekuasaan. Tetapi Allah mengutusku sebagai Rasul. Dia menurunkan Kitab kepadaku dan
    memerintahkan aku agar menjadi pemberi kabar gembira dan peringatan. Kemudian aku
    sampaikan risalah Rabb-ku dan aku sampaikan nasehat kepadamu. Jika kamu menerima
    dakwahku, maka kebahagianlah bagimu di dunia dan di akherat. Jika kamu menolak ajakanku, maka aku bersabar mengikuti perintah Allah sehingga Allah memberikan keputusan antara aku dan kamu.“
    Selanjutnya mereka berkata kepada Nabi ,“Jika anda tidak bersedia menerima
    tawaran kami, maka sesungguhnya anda telah mengetahui bahwa tidak ada orang yang lebih
    kecil negerinya, lebih gersang tanahnya dan lebih keras kehidupannya selain dari pada kami.
    Karena itu mintakanlah untuk kami kepada Rabb yang telah mengutusmu agar menjauhkan
    gunung-gunung yang menghimpit ini dari negeri kami, mengalirkan sungai-sungai untuk kami sebagaimana sungai-sungai Syam dan Iraq, dan membangkitkan bapak-bapak kami yang telah mati, terutama Qushayyi bin Kilab, karena dia seorang tokoh yang terkenal jujur, sehingga kami dapat bertanya kepadanya tentang apa yang anda katakan. Mintalah buat anda kebun , istana, tambang emas dan perak yang dapat memenuhi apa yang selama ini anda buru. Jika anda telah melakukan apa yang kami minta, maka kami baru akan membenarkan anda,. Kami akan akan tahu kedudukan anda di sisi Allah, dan akan mempercayai bahwa Dia mengutusmu sebagai Rasul sebagaimana anda katakan.“
    Jawab Nabi ,“ Aku tidak akan melakukannya, aku tidak akan meminta hal itu
    kepada Allah.“
    Setelah perdebatan yang panjang , akhirnya mereka berkata kepada Nabi,“Kami
    dengar bahwa anda mempelajari semua itu dari seorang yang tinggal di Yamamah bernama ar-Rahman. Demi Allah kami tidak percaya kepada ar-Rahman. Sesungguhnya kami telah
    berusaha sepenuhnya kepada anda, wahai Muhammad. Demi Allah, kami tidak akan
    membiarkan anda mengalahkan kami.“ Kemduian mereka bangkit dan meninggalkan nabi.

    Beberapa Ibrah
    Di dalam fragmen Sirah Nabawiyah yang kami sebutkan di atas terdapat tiga pelajaran penting.
    Pertama, menjelaskan kepada kita tentang kebersihan dakwah nabi shollallaahu ‘alayhiwasallam dari segala bentuk kepentingan dan tujuan pribadi yang biasanya menjadi motivasi para penyeru ideologi baru dan penganjur pembaruan dan revolusi.
    Apakah melalui dakwahnya Rasulullah shollallaahu ‘alayhiwasallam bermaksud memburu kekuasaan,
    kehormatan, dan kekayaan ? Apakah dakwahnya hanya merupakan manifestasi dari segala
    kebusukan ynag terimpan di dadanya ?
    Semua tuduhan ini merupakan senjata yang biasa digunakan oleh musuh-musuh Islam
    untuk menghancurkan dakwah Islam. Tetapi betapa agung dan mulianya rahasia kehidupannya yang telah dipersiapkan Rabb semesta alam kepada Rasul-nya . Allah telah mengisi kehidupan Rasul-Nya dengan sikap-sikap dan peristiwa-peristiwa yang menghancurkan semua tuduhan busuk ynag dilontarkan para musuh Islam ,dan membuat mereka bingung mencari cara yang harus ditempuh untuk melancarkan serangan pemikiran.
    Adalah termasuk kebijaksanaan Allah bahwa kaum musyrik Quraisy telah melakukan
    beberapa kali perundingan (penawaran) kepada Rasulullah  , setelah mereka
    membayangkan dalam pikiran mereka sendiri tuduhan-tuduhan tersebut, kendatipun mereka
    sangat mengetahui tabiat dan tujuan dakwah Rasulullah . Tetapi demikianlah hikmah
    Ilahiyah telah menghendakinya, tiap tuduhan palsu dan ghazwul fikri (serangan pemikiran)
    yang akan dilancarkan oleh mush-musuh Islam.
    Para orientalis seperi Kramer dan Van Vloten, setelah lama memeras otak, tetapi tidak
    juga berhasil menemukan peluang untuk menodai kesucian Rasulullah akhirnya dengan
    mengesampingkan kebenaran mereka menuduh bahwa Muhammad berdakwah semata-mata
    memburu kekuasaan dan kejayaan.
    Tetapi jauh sebelum para orientalis ini datnag, Allah telah memperlihatkan bagaimana
    ‘Utbah bin Rabi’ah atas nama kaum Quraisy menawarkan semua yang dituduhkan itu kehadapan Nabi . Tawaran itu ditolak sama sekali oleh Rasulullah , bahkan setelah itu beliau tetap tabah menghadapi penyiksaan dan penganiayaan kaum Quraisy.
    Seandainya dakwah Rasulullah semata-mata mengejar kekuasaan dan harta
    kekayaan, niscaya beliau tidak akan bersedia menanggung penyiksaan dan tidak akan menolaktawaran mereka seraya mengatakan :”Aku tidak berdakwah karena menginginkan harta kekayaan, kehormatan, atau kekuasaan. Tetapi Allah telahmengutusku sebagai Rasul. Dia menurunkan Kitab kepadaku dan memerintahkan aku agar menjadi pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan. Kemudian aku sampaikan risalah Rabb-ku dan aku sampaikan nasehat kepadamu. Jika kamu menerima dakwahku , maka kebahagiaanlah bagimu di dunia dan di akherat. Jika kamu menolak ajakanku, maka aku bersabar mengikuti perintah Allah sehingga Allah memberikan keputusanantara aku dan kamu.“
    Dalam pada itu, kehiduapn sehari-hari Rasulullah juga membenarkan ucapannyaini. Beliau tidak menolak kekuasaan, dan harta kekayaan hanya dengan lisannya saja , bahkan kehidupan sehari-harinya pun membuktikan hal tersebut. Beliau hidup dengan gaya kehidupan yang sangat sederhana, tidak pernah lebih dari kehidupan kaum fakir dan miskin. Berkata
    Aisyah dalam sebuah riwayat Bukhari. :
    „Sampai Nabi saw meninggal belum pernah ada di dalam rak makananku sesuatu yang bisa
    dimakan manusia kecuali secuil roti, dan itupun aku mohon untuk beberapa hari.
    Berkata Anas dalam sebuah riwayaat Bukhari :
    „Sampai meninggal nabi, belum pernah makan makanan di atas piring sampai meninggal beliau belum pernah makan roti yang berkualitas baik.“
    Kehidupan Rasulullah sungguh sangat sederhana, baik dalam berpakaian ataupuan
    menyangkut perabot rumahnya. Beliau tidur hanya di atas tikar anyaman, bahkan belum pernah sama sekali tidur di atas hamparan yang lembut dan empuk. Hingga istri-istrinya, pada suatu hari mendatangi beliau mengadukan ihwal kehidupan yang memprihatikan. Mereka menuntut perbaikan keadaan, paling tidak sedikit di bawah kehidupan para istri sahabatnya. Mendengar tuntutan ini, Rasulullah marah dan tidak memberikan jawaban pun hingga kemudian Allah menurunkan firman-Nya :
    „Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu,“Jika kamu sekalian menginginkan kehiduan dunia dan perhiasan , maka marilah supaya kuberikan kepadamu bekal, dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghandaki (keridhahan) Allah dan Rasul-Nyadan (kesenangan) di negeri akherat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yngberbuat baik di antaramu pahala yang besar.“ QS al- Ahzab : 28-29
    Kemudian Rasulullah saw membacakan kedua ayat ini kepad para istrinya dan
    memberikan pilihan kepada mereka : Hidup bersamanya dengan kondisi seadanya atau tetap
    menuntut perbaikan kehidupan dengan diceraikan secara baik. Tetapi mereka kembali memilih hidup bersama Rasulullah dengan kondisi seadanya.
    Apakah setelah ini masih ada akal-akal siapa pun yang meragukan keikhlasan dakwah
    nabi? Masih adakah setelah penjelasan ini orang yang mencoba menuduh Rasulullah
    berdakwah karena ambisi kekuasaan dan harta kekayaan ?
    Kedua, penjelasan tentang makna hikmah (kebijaksanaan) yang menjadi prinsip dakwah Rasulullah .
    Apakah hikmah berarti bahwa dalam berdakwah anda boleh berbuat kebijaksanaan
    sendiri sesuka hari anda, betapapun cara dan bentuk kebijaksanaa  tersebut ?“
    Apakah syariat Islam memberikan kebebasan kepada anda untuk menempuh cara atau
    sarana apa saja selama tujuan anda benar ?
    Tidak, sesungguhna syariat Islam telah menentukan sarana kepada kita sebgaimana
    telah menentukan tujuan. Anda tidak boleh mencapai tujuan yang disyariatkan Allah kecuali
    dengan jalan tertentu yang telah dijadikan Allah sebagai sarana untuk mencapainya. Semua
    kebijaksanaan dan policy dakwah Islam harus dirumuskan sesuai dengan batas-batas sarana yang telah disyariatkan.
    Apa yang telah kami sebutkan di muka merupakan dalil bagi apa yang kami tegaskan ini.
    Tidakkah cukup kebijaksanaan seandainya Rasulullah menerima tawaran kaum Quraisy
    untuk menjadi penguasa atau raja, sehingga dengan kekuasaan itu beliau bisa memanfaatkan
    sebagai sarana dakwah Islam ? Apalagi kekuasaan dan pemerintahan itu memiliki pengaruh
    besar di dalam jiwa manusia . perhatikanlah bagaimana para penganjur ideologi yang baru saja berhasil merebut kekuasaan, memanfaatkan kekuasaan itu untuk memaksakan pemikiran dan ideologi mereka kepada masyarakat.
    Tetapi, Nabi tidak mau menggunakan cara-cara seperti ini di dalam dakwahnya,
    karena bertentangan dengan prinsip-prinsip dakwah Islam itu sendiri.
    Jika cara-cara seperti ini dibenarkan dan dianggap sebgai kebijaksanaan  yang syar’i ,
    niscaya tidak akan ada bedanya antara orang yang jujur dan orang yang berdusta, antara
    dakwah-dakwah Islam dan dakwah-dakwah kebatilan.
    Kemuliaan dan kejujuran , baik menyangkut sarana ataupun tujuan, adalah landasan
    utama falsafah agama ini (Islam). Tujuan harus sepenuhnya di dasarkan pada kejujuran.
    Kemuliaan dan kebenaran. Demikian pula sarana, harus didasarkan kepada prinsip kejujuran,
    kebenaran, dan kemuliaan.
    Dari sinilah maka para da’i Islam dituntut untuk lebih banyak berkorban dan berjihad,
    karena mereka tidak dibenarkan menempuh jalan dan sarana sekehendak hatinya. Mereka harus mengambil jalan dan sarana yang sudah disyari’atkan , betapapun resikonya yang harus
    dihadapi.
    Adalah keliru jika anda beranggapan bahwa prinsip hikmah (kebijaksanaan) dalam
    dakwah Islam itu disyariatkan untuk mempermudah tugas seorang da’i atau utuk menghindari
    penderitaan dan kesulitan. Rahasisa disyariatkannya prinsip hikmah dlam dakwah ialah untuk
    mengambil jalan dan sarana yang paling efektif agar bisa diterima akal dan pikiran manusia,
    artinya apabila perjuangan dakwah menghadapi beranekaragam rintangan dan hambatan, maka langkah yang bijaksana bagi para da’i dalam hal ini adalah melakukan persiapan utuk berjihad dan berkorban dengan jiwa dan harta. Hikmah ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya.
    Di sinilah perbedaan antara hikmah dan tipu daya, antara hikmah dan menyerah.
    Anda tentu ingat dan mengetahui , ketika Rasulullah, merasa optimis melihat
    tanda-tanda kesediaan para tokoh Quraisy untuk memahami Islam, maka dengan perasaan
    gembira dan perhatian sepenuhnya beliau menjelaskan hakekat Islam kepada mereka, sehingga
    ketika seorang sahabatnya yang buta Abdullah Ibnu Ummi Maktum lewat , kemudian duduk
    ikut mendengarkan di samping mereka dan bertanya kepadanya, Rasulullah  membuang
    muka darinya, karena beliau tidak ingin kehilangan kesempatan baik tersebut, di samping
    bahwa Ibnu Ummi Maktum akan bisa dijawab pada lain kesempatan.
    Tetapi kebijaksanaan Rasululah ini mendapat teguran dari Allah di dalam surat
    ‘Abasa, kendatipun tujuannya sangat mulia. Karena cara tersebut mengandung sikap yang tidak dibenarkan oleh syariat Islam , yaitu mengabaikan dan menyakiti hati Abdullah Ibnu Ummi Maktum karena ingin menarik hati kaum musyrik.
    Tegasnya, tidak seorangpun yang dibenarkan untuk mengubah, melanggar atau
    meremehkan hukum-hukum dan prinsip-prinsip Islam, dengan dalih kebijaksanaan, dalam
    berdakwah. Sebab , suatu kebijaksanaan tidak bisa disebut bijaksana, jika tidak terikat oleh
    ketentuan-ketentuan syariat dan prinsip-prinsipnya.
    Ketiga, sikap Rasulullah terhadap berbagai tawaran yang diajukan kaum Quraisy kepadanya tersebut mendapatkan dukungan dari Allah. Berkenaan dengan hal ini Allah telah menurunkan firman-Nya :
    “Dan mereka berkata,“Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu, hingga kamu memancarkan
    mata air dari bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu
    kamu alirkan sungai-sungai di celah-celah kebun yang deras airnya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan, atau kamu datangkan Allah dan Malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami. Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah Kitab yang kami baca."“Katakanlah :"“Maha Suci Rabb-ku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi Rasul.“ QS al-Isra’ : 90-93
    Allah tidak mengabulkan permintaan mereka bukan karena Rasulullah tidak diberi
    mu’jizat selain dari al-Quran, sebagaimana anggapan sebagian orang. Tetapi karena Allah
    mengetahui bahwa mereka tidak menuntut hal itu melainkan karena kekafiran, keangkuhan dan penghinaan kepada Rasulullah . Ini dapat kita perhatikan melalui cara-cara dan bentukbentuk tuntutan yang mereka ajukan. Seandainya mereka jujur dan serius ingin meyakini kebenaran nabi , niscaya Allah akan mengabulkan permintaan mereka. Tetapi sikap kaum Quraisy ini sesuai dengan apa yang ditegaskan oleh Allah di dalam fimarn-Nya :
    “Dan jika seandainya Kami mebukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata,“Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan , bahwa kami adalah orang-orang yang kena sihir.“ QS al-Hijr :14-15
    Dengan demikian , tahulah anda bahwa hal ini tidak bertentangan dengan pemuliaan
    Allah kepada Nabi-Nya melalui beraneka macam mu’jizat.

    Maroji’ : Siroh Nabawiyah Al-Buthy Jilid 1 hlm. 49-54

    WARNING !

    Konten blog ini masih banyak kekurangan.

    (Beberapa konten dari zaman SMA dulu, mohon maklum)

    Ambillah yang bermanfaat dan tinggalkan yang mafsadat serta syubhat.

    Semoga Arrohmaan menjaga, menunjuki dan mengampuni pemilik blog ini.

    Baarokallaahu fiikum.

    Ukhtukum Fillaah,

    Al-Qowarir Fidinillaah.

    Sahabat Blogger

    Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net