• Breaking News

    Pejuang Pena

    Coretan seorang hamba al-Izzah

    Friday, 2 December 2016

    "Saya Menggantikan Ayah Saya Yang Sudah Tiada"


    Santri Cilik Ciamis: "Saya Menggantikan Ayah Saya Yang Sudah Tiada"
    Penantian saya dan orang-orang yang berbaris di sepanjang Jl Raya Cileunyi, tidak sia-sia, pun tidak surut walau hujan terus mengguyur
    Begitu rombongan Aksi Bela Islam dari Ciamis yang berjalan kaki muncul dari kejauhan, semua bersiap. Kami berdiri, berbaris panjang sekali di tepi jalan, menenteng kresek dan kardus berisi segala macam yang bisa kami berikan
    Air minum dalam kemasan, hansaplast, jamu dalam kemasan sachet siap minum, masker untuk jaga-jaga jika nanti gas air mata disemburkan penguasa sandal jepit, jas hujan, dan pakaian ganti plus sekantong plastik roti, donat, permen, buah, cemilan dll dalam satu plastik berbentuk paketan kami bagikan
    Mereka menerima dengan sangat senang hati. Takbir bersahutan tiada henti. Hujan, banjir tidak menyurutkan massa untuk berkumpul memanjang dari ujung Jl Raya Cileunyi sampai Bundaran Cibiru dan sepanjang Jalan Soekarno-Hatta sampai Kantor Perhutani Soekarno-Hatta
    Yang membuat saya merinding, seorang santri cilik berusia delapan tahun, terlihat ikut berjalan bersama rombongan. Tanpa alas kaki sambil mengatupkan kedua telapak tangan dan menggigil kedinginan diguyur hujan
    Segera saya "tewak" dan tarik ke pinggir anak itu
    "Sandalnya mana?" tanya saya
    "Putus Buu, jadi saya buang" katanya
    Seorang dari kami menyodorkan sepasang sandal jepit baru
    "Bawa baju ganti?" tanya saya lagi
    Anak itu menggeleng
    Saya tarik makin ketepi, tepat di teras Bank BJB ini
    Saya minta dia melepas plastik kantung yang dipakainya untuk menahan hujan
    Ternyata baju seragam santri yang dipakainya pun basah kuyup. Segera kami sodori sehelai kaos panjang dan trening panjang, lalu dia memakai jas hujan yang juga kami sodorkan
    "Kenapa ikut?" tanya saya
    "Ngagentosan (menggantikan) pun Bapa (ayah saya)," jawab anak lelaki itu
    "Bapa ade kamana (Bapakmu kemana?)" tanya saya sambil menggenggamkan beberapa lembar uang
    "Atos ngatunkeun (sudah tiada)," jawab seorang santri dewasa yang muncul dibelakangnya
    Ada rasa nyeri yang menyayat perut dibawah iga kanan saya. Entah apa yang ada di benak para penghina, penyinyir dan penista yang kedua orangtuanya masih lengkap, berusia dewasa, punya biaya, uang banyak, gagah perkasa, DAN dia MUSLIM, tapi bisanya cuma menyinyiri, menista dan menghina...
    Rombongan lewat, semua logistik paketan habis kami bagikan. Tinggal logistik dalam wadah kardus dan karung. Kami naikkan ke ambulance dan mobil-mobil bertanda rombongan
    Tetiba saya dibuat terkejut. Satu demi satu gadis-gadis berjilbab lebar itu bergantian memeluk saya dan saling berpelukan antar sesamanya dengan mata basah. Ucapan syukur dan tangis kegembiraan mereka, juga terasa menyayat hati saya
    "Bu, ayo ikut!" teriak anak gadis berjilbab lebar dan mengendarai sepeda motor. Saya diajak ikut mengiringi laju rombongan itu bersama anak-anak lain, dengan motor mereka
    Bahagianya hari ini, melupakan derita nyeri di hari pertama datangnya "tamu bulanan".

    source : FB  Dara Lan Tan

    WARNING !

    Konten blog ini masih banyak kekurangan.

    (Beberapa konten dari zaman SMA dulu, mohon maklum)

    Ambillah yang bermanfaat dan tinggalkan yang mafsadat serta syubhat.

    Semoga Arrohmaan menjaga, menunjuki dan mengampuni pemilik blog ini.

    Baarokallaahu fiikum.

    Ukhtukum Fillaah,

    Al-Qowarir Fidinillaah.

    Sahabat Blogger

    Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net