Fenomena bersejarah yang merupakan sebuah reaksi umat Islam seantero Nusantara
yang bertema “Aksi Bela Al-Qur’an” digelar di kawasan Monas.
Jakarta, 2
Desember 2016. Pagi itu mendung disertai
gerimis beserta hembusan angin. Kondisi yang oleh sebagian orang diartikan
seakan-akan mereka dibangunkan lebih awal untuk segera bersiap menyambut hari
yang istimewa ini.
Reaksi atas
penistaan Al-Qur’an yang dilakukan oleh Ahok yang masih menjabat sebagai
Gubernur kala itu di Pulau Seribu. Satu kalimat yang tidak bisa ditolerir
oleh seorang hamba Dzat Yang Menurunkan
Al-Qur’an. “Dibohongi pake Al-Ma’idah 51”, begitu poin yang dilontarkannya. Dia
tak sadar, apa yang telah dilakukannya terhadap Allah Ta’ala, Robb kaum
Muslimin.
Penanganan kasus
yang tidak profesional inilah yang menjadikan umat Islam merasa geram. Deretan
sandiwara yang tidak masuk akal menambah situasi semakin tidak proporsional.
Berbagai makar
dibuat oleh oknum-oknum pemegang kekuasaan untuk menghalangi umat ini berkumpul
dalam Aksi Super Damai, Aksi Bela Islam Jilid 3. Setelah sebelumnya telah
dicapai mufakat agar tidak ada pihak yang menghalangi.
Hingga berbagai
cerita tertoreh yang menjadi untaian sejarah menuju Aksi Bela Al-Qur’an.
Dimulai dari
ribuan kaum Muslimin yang berasal dari Ciamis yang hendak mengikuti aksi
tersebut. Namun, makar yang menghalangi Aksi Bela Al-Qur’an itu yakni
pelarangan PO. Bus melayani para peserta menjadikan mereka harus memutar otak
mencari solusi. Hingga akhirnya Allah Ta’ala menganugerahkan hikmah di dalam
solusi yang diambil, yakni berjalan kaki dari Ciamis-Jakarta.
Bayangkan!
Ratusan kilometer yang terbentang itu tak menyurutkan semangat juang. Mereka
tahu arti sebuah pengorbanan dalam tiap perjuangan. Dan mereka memahami bahwa
umat Islam tidak lemah, karena sungguh penolong mereka adalah Allah!
Selama ini umat
ini selalu terpojokkan di negara yang mayoritas adalah pemeluk agama Islam.
Telah lama dianak tirikan, padahal para pendahulu yang berjuang merebut
kemerdekaan mayoritas umat Islam. Tapi kali ini tidak! Meskipun Aksi Bela
Al-Qur’an ini dihadang, tapi mereka masih punya kaki untuk berjalan. Bukan
karena bayaran ataupun kekuasaan serta pencitraan. Semua itu murni karena
keikhlasan mereka untuk membela Al-Qur’an.
Inilah umat yang
satu. Tiap kebaikan akan berbalas kebaikan yang berlipat-lipat serta menjadi
pemicu sebuah semangat. Banyak orang yang tersentuh hatinya melihat fenomena
ini.
Sepanjang jalan
mereka disambut oleh saudara-saudaranya. Tidak sebatas itu, bahkan logistik
juga melimpah untuk mereka.
Aksi yang
membuka mata jutaan manusia. Berapa dana dan tenaga yang dikuras untuk Aksi
Bela Al-Qur’an ini? Tentu tak sedikit. Namun, mereka yakin dengan janji Allah.
Berapa banyak
yang menjadi relawan, ratusan juta dana yang berasal dari para muhsinin
disumbangkan. Mereka yakin bahwa semua itu milik Allah, dan mereka tak akan
miskin karenanya. Tidak hanya yang kaya, bahkan yang kurang mampu juga ikut
andil. Mulai dari menyedekahkan barang dagangannya, membagi-bagikan makanan
jualannya, dan lain sebagainya. Bukan hanya yang muda, mulai dari bayi hingga
tua renta pun nampak ada di barisan rapi sekitar monas kala itu. Ribuan manusia
yang meluber hingga jalanan sekitar Patung Kuda dan Bundaran HI, bahkan lebih.
Aksi yang tertib, rapi serta tempat yang kembali bersih usai acara itu benar-benar digerakkan oleh Allah Ta’ala.
Fenomena yang
amat langka di nusantara bahkan di dunia. Inilah yang kata sebagian orang “The
Power of Al-Maidah 51.” Dan semua peristiwa
itu adalah kumpulan energi keikhlasan dari umat ini.
Semoga Aksi Bela
Al-Qur’an yang mengajarkan keikhlasan juga membuka hati kita. Bahwasanya
sekarang sudah basi cela sana-sini, namun marilah kita bangun dasar ukhuwah
yang hakiki untuk membela din ini.