Bismillaah........
berikut penjelasan ustadz Fuad Al-Hazimi mengenai Tawadhu'
berikut
pemaparan beliau:
مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ
Rosulullaah
Shollaallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Tidak
ada sesuatu pun yang lebih berat di atas Mizan (timbangan amal di akhirat
nanti) dibandingkan akhlaq yang baik” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan beliau menyatakan bahwa Hadits ini Shahih)
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
"
Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu
orang-orang yang beriman". (QS Asy Syu'aro' 215)
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
"Dan
rendahkanla dirimu terhadap orang-orang yang beriman". (QS
Al Hijr 88)
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ
مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (18) وَاقْصِدْ فِي
مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ
الْحَمِيرِ
“Dan
janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah
kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allaah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam
berjalan dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (QS
Luqman 18 – 19)
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ
أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (10) يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا
مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا
تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ
الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka. Dan
jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang
direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS Al Hujurot 10 – 11)
بِحَسْب امرئ من الشر أن يَحْقِرَ أخاه المسلم - مسلم
“Cukuplah
seseorang dianggap melakukan kejahatan (maksiat) manakala ia meremehkan
saudaranya” (HR Muslim)
إنّ الرفق لا يكون في شيء إلا زانه، ولا يُنـزع من شيء إلا شَانَه - مسلم.
“Sesungguhnya
tidaklah sikap lemah lembut ada pada sesuatu kecuali yang memperindahnya, dan
tidaklah ia hilang dari sesuatu kecuali akan membuatnya cacat” (HR.
Muslim)
مَنْ يُحْرَمِ الرفقَ يُحْرَم الخيرَ كلَّه - مسلم وأحمد.
“Barangsiapa
yang menolak bersikap lemah lembut, maka Allah akan jauhkan dirinya dari
semua kebaikan” (HR. Muslim)
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا
غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ
لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“MAKA DISEBABKAN RAHMAT DARI ALLAH-LAH
KAMU BERLAKU LEMAH LEMBUT TERHADAP MEREKA. SEKIRANYA KAMU BERSIKAP KERAS LAGI
BERHATI KASAR, TENTULAH MEREKA MENJAUHKAN DIRI DARI SEKELILINGMU.
Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allaah. Sesungguhnya Allaah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS
Ali Imron 159)
Sudahkah
kita menenggang rasa pada teman kita, memintakan ampun kepada Allaah atas
kekhilafannya ataukah kita lebih suka menempelkan predikat-predikat “fasik,
jahil, bodoh, keras kepala, qaiduun, hanya bisa omong doang” dsb. Bahkan celaan
atau stempel yang konsekwensinya sangat berat pun dengan sangat ceroboh sering
dilontarkan seolah-oleh mulut ini tidak akan ditanya pertanggung jawabannya di
hari kiamat kelak. Padahal seandainya pun kita lebih baik dari teman kita itu,
kebaikan itu justru akan hiang karena sikap kita merendahkan saudara kita
sesama muslim.
Kita
ternyata lebih suka mencari-cari puluhan kekhilafan saudara kita sampai
sedetail-detailnya sementara kebaikan nya yang di depan mata justeru tidak
pernah terlihat. Padahal Imam Malik -rahimahullah- manakala ada seorang
muridnya yang dikabarkan melakukan keburukan atau kekhilafan, beliau akan
mencarikan sedikitnya 40 udzur syar'i sebelum menyatakan bahwa dia bersalah
atas kekhilafannya.
Atau
mari kita lihat contoh dari Salafuna Ash Sholih, Ketika Ibnu Abbas
-Rodhiyallaahu 'anhuma- (adik sepupu Nabi) sedang melakukan perjalanan bersama
dengan Abu Hurairah -Rodhiyallaahu 'anhu-, mereka hanya membawa seekor unta.
Maka Ibnu Abbas mempersilahkan Abu Hurairah untuk naik di atas untanya, namun
Abu Huroiroh menolaknya. Serta merta Ibnu Abbas berkata : "Seperti ini
Rosul mengajarkan kepada kita, yang muda harus menghormati yang lebih
tua". Maka Abu Huroiroh pun terdiam dan beliau naik unta.
Namun
hanya beberapa detik di atas unta, beliau tiba-tiba melompat turun seraya
berkata : "Wahai anak paman Rosul, engkau yang lebih berhak naik, karena
seperti ini Rosul mengajarkan kepadaku, agar kaum mukminin menghormati keluarga
dan ahli bayt Rosulullaah". Subhaanallah ....... sebuah keteladanan yang
luar biasa.
Tidak usah jauh-jauh, lihatlah Rosulullaah Shollallaahu 'alaihi
Wasallam yang justeru mencarikan udzur bagi seorang Maiz bin Malik
-Radhiyallohu 'anhu- yang meminta beliau untuk merajamnya karena telah berzina.
Sebagaimana diriwayatkan dalam shahih Muslim, Rosulullaah bukannya mencari-cari
kesalahan Maiz bin Malik, tetapi justru bertanya kepada shahabat dekat Maiz :
"Apakah Maiz telah gila ?", dijawab oleh sahabatnya : "Tidak ya
Rosulullaah". Rosul tidak berhenti mencarikan udzur bagi Maiz :
"Cobalah kau dekati Maiz, apakah mulutnya berbau khamr ?". "Tidak
ya Rosulullaah".
Siapakah
kita ini yang begitu cepat menudingkan telunjuk kita kepada orang lain
sementara secara fithrah Allah arahkan tiga jari kita yang lain kepada kita.
لَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا
اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ
أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ
أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“(Yaitu)
orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari
kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Rabb mu Maha luas ampunan-Nya. Dan
dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika dia menjadikan kamu dari tanah
dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan
dirimu suci. Dia lah yang paling Mengetahui tentang orang yang
bertakwa”. (QS An Najm 32)
Lihatlah
teladan betapa tawadhu’nya Rosulullaah Shollallaahu 'alaihi Wasallam makhluk
terbaik dan terpilih
“Dari
Aisyah Rodhiyallaahu 'Anha beliau berkata : “Rosulullaah Shollallaahu 'alaihi
Wasallam bersabda : “Suatu hari malaikat turun menemuiku seraya berkata : “Ya
Muhammad sesungguhnya Rabb mu menyampaikan salam kepadamudan berfirman kepadamu
: “Seandainya engkau mau, Aku akan jadikan engkau seorang Nabi sekaligus hamba
(Abdun) atau seorang Nabi sekaligus Raja”. “Maka aku (Rosulullaah) menoleh
kepada Jibril”. Jibril berkata : “Wahai Muhammad, rendahkan dirimu”. Maka aku
menjawab : “Aku ingin menjadi Nabi sekaligus hamba”. Maka kemudian Aisyah Rodhiyallaahu
'Anhaa berkata : “Maka sejak saat itu Rosulullaah Shollallohu 'alaihi Wasallam
tidak makan sambil menyenderkan badannya”. Beliau bersabda : “AKU
AKAN MAKAN SEBAGAIMANA SEORANG HAMBA MAKAN DAN AKU AKAN DUDUK SEBAGAIMANA
SEORANG HAMBA DUDUK”. (HR. Abu Ya’la dengan sanad Hasan)
Bahkan
dalam memuji pun Rosulullah Shollallaahu 'alaihi Wasallam menjelaskan hukumnya
:
إياكم والتمادحَ , فإنه الذَّبْح - أحمد وحسّنه الألباني.
"Jauhilah
olehmu suka memuji-muji, karena itu sama saja dengan menyembelihnya" (HR
Ahmad, dinyatakan Shahih oleh Syaikh Al Albany)
Kalau memuji-muji saja ada aturannya, bahkan dilarang Rosul jika
berlebihan, bagaimana pula dengan orang yang dengan mudah melecehkan, mengejek,
merendahkan bahkan menfitnah dan menghina orang lain ?
“Dari
Abu Hurairoh rodhiyallaahu ‘anhu bahwa Rosulullaah shollallaahu ‘alaihi
wasallam bertanya : Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut ( pailit ) itu
? Maka mereka ( para sahabat ) menjawab : orang yang pailit di antara kita
adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta. Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menerangkan : orang yang pailit dari ummatku adalah orang yang
datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakatnya, namun dia
datang dan (dahulu di dunianya) dia telah mencela si ini, menuduh (berzina) si
itu, memakan harta si ini, menumpahkan darah si itu dan telah memukul orang
lain ( dengan tidak hak ), maka si ini diberikan kepadanya kebaikan orang yang
membawa banyak pahala ini, dan si itu diberikan sedemikian juga, maka apabila
kebaikannya sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya ( kepada orang lain
), maka kesalahan orang yang didzalimi di dunia itu dibebankan kepadanya,
kemudian dia dilemparkan ke api neraka. (HR. Muslim).
Demikian pemaparan dari beliau.