• Breaking News

    Pejuang Pena

    Coretan seorang hamba al-Izzah

    Wednesday 1 August 2012

    Wanita Muslim Rohingya Beberkan Kekejaman Militer Myanmar

    Dikutip dari  News.detik.com, Zohara Khatun masih ingat bagaimana ayahnya dibunuh pasukan militer Myanmar pada Juni lalu. Wanita itu bersama keluarganya yang tersisa kini bersembunyi di Bangladesh.
     
    "Ayah saya ditembak mati oleh militer Burma di depan saya. Seluruh desa kami dihancurkan. Kami lari menyelamatkan diri. Saya belum tahu apa yang terjadi pada ibu saya," ujar Khatun kepadaBBC.

    Khatun merupakan salah satu warga muslim Rohingya yang berhasil menyeberang ke Bangladesh menyusul kekerasan sektarian yang terjadi di Provinsi Rakhine, Myanmar barat pada Juni lalu. Dikatakan Khatun, desa mereka diserang polisi dan militer Myanmar saat terjadi bentrokan antara warga mayoritas Buddha dan warga minoritas muslim Rohingya. 

    Hampir 80 orang dilaporkan tewas dalam peristiwa tersebut dan banyak orang kehilangan tempat tinggal karena rumah-rumah mereka dibakar. Bentrokan massa Buddha dan Rohingya kabarnya dipicu oleh pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita muda Buddha di Rakhine pada Mei lalu. Sejak itu, serangkaian kekerasan sektarian terus terjadi.

    Seorang saksi mata mengungkapkan bagaimana polisi Myanmar menembaki muslim Rohingya saat terjadi bentrokan dengan massa Buddha. 

    "Suami saya tewas dalam kerusuhan itu. Polisi Burma hanya menembaki muslim saja, bukan warga Buddha. Militer cuma menyaksikan dari atas atap-atap rumah dan mereka tidak mengintervensi," cetus Sayeda Begum, seorang wanita Rohingya.

    Menurut kelompok-kelompok HAM, hingga saat ini, pasukan militer Myanmar masih terus melakukan kekerasan dan penangkapan massal terhadap warga Rohingya. Akibatnya, puluhan ribu warga Rohingya kabur ke negara-negara lain, khususnya Bangladesh. Namun di Bangladesh pun mereka ditolak karena jumlah mereka sudah terlalu banyak di negeri itu.

    , Zohara Khatun masih ingat bagaimana ayahnya dibunuh pasukan militer Myanmar pada Juni lalu. Wanita itu bersama keluarganya yang tersisa kini bersembunyi di Bangladesh.

    "Ayah saya ditembak mati oleh militer Burma di depan saya. Seluruh desa kami dihancurkan. Kami lari menyelamatkan diri. Saya belum tahu apa yang terjadi pada ibu saya," ujar Khatun kepadaBBC.

    Khatun merupakan salah satu warga muslim Rohingya yang berhasil menyeberang ke Bangladesh menyusul kekerasan sektarian yang terjadi di Provinsi Rakhine, Myanmar barat pada Juni lalu. Dikatakan Khatun, desa mereka diserang polisi dan militer Myanmar saat terjadi bentrokan antara warga mayoritas Buddha dan warga minoritas muslim Rohingya. 

    Hampir 80 orang dilaporkan tewas dalam peristiwa tersebut dan banyak orang kehilangan tempat tinggal karena rumah-rumah mereka dibakar. Bentrokan massa Buddha dan Rohingya kabarnya dipicu oleh pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita muda Buddha di Rakhine pada Mei lalu. Sejak itu, serangkaian kekerasan sektarian terus terjadi.

    Seorang saksi mata mengungkapkan bagaimana polisi Myanmar menembaki muslim Rohingya saat terjadi bentrokan dengan massa Buddha. 

    "Suami saya tewas dalam kerusuhan itu. Polisi Burma hanya menembaki muslim saja, bukan warga Buddha. Militer cuma menyaksikan dari atas atap-atap rumah dan mereka tidak mengintervensi," cetus Sayeda Begum, seorang wanita Rohingya.

    Menurut kelompok-kelompok HAM, hingga saat ini, pasukan militer Myanmar masih terus melakukan kekerasan dan penangkapan massal terhadap warga Rohingya. Akibatnya, puluhan ribu warga Rohingya kabur ke negara-negara lain, khususnya Bangladesh. Namun di Bangladesh pun mereka ditolak karena jumlah mereka sudah terlalu banyak di negeri itu.

    , Zohara Khatun masih ingat bagaimana ayahnya dibunuh pasukan militer Myanmar pada Juni lalu. Wanita itu bersama keluarganya yang tersisa kini bersembunyi di Bangladesh.

    "Ayah saya ditembak mati oleh militer Burma di depan saya. Seluruh desa kami dihancurkan. Kami lari menyelamatkan diri. Saya belum tahu apa yang terjadi pada ibu saya," ujar Khatun kepadaBBC.

    Khatun merupakan salah satu warga muslim Rohingya yang berhasil menyeberang ke Bangladesh menyusul kekerasan sektarian yang terjadi di Provinsi Rakhine, Myanmar barat pada Juni lalu. Dikatakan Khatun, desa mereka diserang polisi dan militer Myanmar saat terjadi bentrokan antara warga mayoritas Buddha dan warga minoritas muslim Rohingya. 

    Hampir 80 orang dilaporkan tewas dalam peristiwa tersebut dan banyak orang kehilangan tempat tinggal karena rumah-rumah mereka dibakar. Bentrokan massa Buddha dan Rohingya kabarnya dipicu oleh pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita muda Buddha di Rakhine pada Mei lalu. Sejak itu, serangkaian kekerasan sektarian terus terjadi.

    Seorang saksi mata mengungkapkan bagaimana polisi Myanmar menembaki muslim Rohingya saat terjadi bentrokan dengan massa Buddha. 

    "Suami saya tewas dalam kerusuhan itu. Polisi Burma hanya menembaki muslim saja, bukan warga Buddha. Militer cuma menyaksikan dari atas atap-atap rumah dan mereka tidak mengintervensi," cetus Sayeda Begum, seorang wanita Rohingya.

    Menurut kelompok-kelompok HAM, hingga saat ini, pasukan militer Myanmar masih terus melakukan kekerasan dan penangkapan massal terhadap warga Rohingya. Akibatnya, puluhan ribu warga Rohingya kabur ke negara-negara lain, khususnya Bangladesh. Namun di Bangladesh pun mereka ditolak karena jumlah mereka sudah terlalu banyak di negeri itu.

    Zohara Khatun masih ingat bagaimana ayahnya dibunuh pasukan militer Myanmar pada Juni lalu. Wanita itu bersama keluarganya yang tersisa kini bersembunyi di Bangladesh.

    "Ayah saya ditembak mati oleh militer Burma di depan saya. Seluruh desa kami dihancurkan. Kami lari menyelamatkan diri. Saya belum tahu apa yang terjadi pada ibu saya," ujar Khatun kepadaBBC.

    Khatun merupakan salah satu warga muslim Rohingya yang berhasil menyeberang ke Bangladesh menyusul kekerasan sektarian yang terjadi di Provinsi Rakhine, Myanmar barat pada Juni lalu. Dikatakan Khatun, desa mereka diserang polisi dan militer Myanmar saat terjadi bentrokan antara warga mayoritas Buddha dan warga minoritas muslim Rohingya. 

    Hampir 80 orang dilaporkan tewas dalam peristiwa tersebut dan banyak orang kehilangan tempat tinggal karena rumah-rumah mereka dibakar. Bentrokan massa Buddha dan Rohingya kabarnya dipicu oleh pemerkosaan dan pembunuhan seorang wanita muda Buddha di Rakhine pada Mei lalu. Sejak itu, serangkaian kekerasan sektarian terus terjadi.

    Seorang saksi mata mengungkapkan bagaimana polisi Myanmar menembaki muslim Rohingya saat terjadi bentrokan dengan massa Buddha. 

    "Suami saya tewas dalam kerusuhan itu. Polisi Burma hanya menembaki muslim saja, bukan warga Buddha. Militer cuma menyaksikan dari atas atap-atap rumah dan mereka tidak mengintervensi," cetus Sayeda Begum, seorang wanita Rohingya.

    Menurut kelompok-kelompok HAM, hingga saat ini, pasukan militer Myanmar masih terus melakukan kekerasan dan penangkapan massal terhadap warga Rohingya. Akibatnya, puluhan ribu warga Rohingya kabur ke negara-negara lain, khususnya Bangladesh. Namun di Bangladesh pun mereka ditolak karena jumlah mereka sudah terlalu banyak di negeri itu.

    WARNING !

    Konten blog ini masih banyak kekurangan.

    (Beberapa konten dari zaman SMA dulu, mohon maklum)

    Ambillah yang bermanfaat dan tinggalkan yang mafsadat serta syubhat.

    Semoga Arrohmaan menjaga, menunjuki dan mengampuni pemilik blog ini.

    Baarokallaahu fiikum.

    Ukhtukum Fillaah,

    Al-Qowarir Fidinillaah.

    Sahabat Blogger

    Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net