Oleh: Muizz Abu Turob
حفظه الله
Sudah semestinya bagi kita sebagai seorang mukmin untuk
memperhatikan masalah aqidah, bahkan ini adalah perkara wajib bagi setiap
orang. Sebab, Islam tidak bisa lepas dari aqidah, apabila aqidahnya benar maka
Islamnya benar, apabila keliru maka Islamnya juga keliru.
Di antara masalah
aqidah yang masih menjalar dan menjamur di masyarakat adalah dua masalah
penting, yaitu; khouf dan roja’.
Khouf artinya rasa
takut, sedangkan roja’ artinya rasa harap.
Masing-masing
orang harus bertanya, apakah dia sudah takut kepada Allah 100%, atau masih
takut kepada selain Allah. Allah lah yang menghidupkan dan mematikan, Allah lah
yang memberi rizki, Allah lah yang memberi sehat dan sakit, semua itu kembali
kepada Allah. Yang mengatur segala urusan dunia dan akhirat adalah Allah, maka
untuk apa takut kepada selain-Nya.
Perlu kita
fahami bersama bahwa di dalam Islam tidak ada hal-hal yang terkesan sial;
Pertama, Tidak ada
hari sial; sebagian orang mengira bahwa hari ini atau hari itu adalah hari
sial, akan terjadi begini dan begitu. Sehingga sebagian orang khawatir
mengadakan hajatan atau punya gawe pada hari itu.
Kedua, Tidak ada
tanggal sial; sebagian orang tidak mau menikah atau menikahkan anaknya pada
tanggal ini dan itu, karena mereka khawatir akan tertimpa bencana, petaka, dan
sejenisnya. Bahkan ada yang mencocokkan tanggal lahir terlebih dahulu sebelum
nikah, apabila tanggal lahir yang laki-laki dan perempuan cocok, baru menikah.
Ini semua adalah pemahaman keliru.
Ketiga, Tidak ada
arah sial; sebagian orang melarang membuat rumah dengan arah utara atau arah
tertentu, karena mereka khawatir rizkinya sempit dan sebagainya.
Keempat, Tidak ada
bintang sial; ada orang-orang yang terlalu percaya dengan ramalan bintang,
percaya dengan zodiak, padahal itu semua sama sekali tidak benar. Hanya
berdasarkan perkiraan dan dugaan.
Kelima, Tidak ada
tempat sial; ada yang percaya bahwa apabila melewati gunung ini, pohon itu,
sumur ini, sungai itu, laut itu, akan terjadi sakit, terjadi perceraian, akan
begini dan begitu. Itu terlalu berlebihan.
Keenam, Tidak ada
burung sial; ada yang menduga bahwa burung hantu, burung gagak, dan burung
lain menjadi tanda kematian dan sebagainya.
Ketujuh, Tidak ada
barang sial; ada yang takut dengan batu besar, pohon beringin, keris, batu
akik, dan sejenisnya. Padahal itu semua tidak akan mendatangkan apa-apa, itu
semua hanyalah benda mati.
Pemahaman
seperti itu semua tidak lah benar, pemahaman keliru yang turun temurun, dan pemahaman
yang harus dirubah.
Bahkan karena begitu
takutnya kepada pohon beringin, pantai selatan, batu tumpeng, dan tempat-tempat
kramat lainnya, sebagian orang ada yang mempersembahkan sesajen, baik sesajen
kembang, apem, dan lain-lain. Yang lebih parah dari semua itu, ada acara
sembelih kambing, sembelih kerbau, atau sembelih ayam babon seperti di
Salatiga.
Jangankan
menyembelih kerbau, menyembelih lalat pun hukumnya syirik apabila
dipersembahkan untuk laut, pohon, dan sejenisnya. Ini semua adalah syirik, dan
siapa yang melakukannya, dia akan mendapatkan laknat.
Rasulullah Shallallahu
alaihi wa Sallam bersabda,
“Allah melaknat siapa yang menyembelih
untuk selain Allah.” (HR. Muslim, no. 5240)
Allah telah
memerintahkan kita supaya hanya takut kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
“Maka janganlah
kalian takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku, jika kalian beriman.”
(QS. Ali Imran: 175)
Apabila kita
masih takut dengan itu semua, lalu di mana tawakkal kita kepada Allah. Kita
cukup hanya menggantungkan segala sesuatu kepada Allah. Segala sesuatu
tergantung pada kehendak Allah, bukan kehendak Nyi Roro Kidul, bukan kehendak
Mbaurekso, bukan pohon, bukan batu, dan seterusnya.
Allah
memerintahkan kita untuk bertawakkal kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan hendaknya
hanya kepada Allah semata orang-orang beriman itu bertawakkal.” (QS. Ali
Imran: 144)
Terkadang seorang
merasa was-was, merasa ada firasat buruk, merasa ketakutan dan sebagainya.
Mungkin firasat buruk ketika melewati rumah kosong atau pohon-pohon bambu, atau
was-was ketika kejatuhan cicak, takut ketika ada burung gagak atau burung
hantu, khawatir ketika terjadi gerhana, was-was ketika bintang zodiaknya pisces
dan semisalnya, khawatir saat menikah tanggal syuro, dan masih banyak
keyakinan-keyakinan batil lainnya.
Untuk menghindari
berbagai firasat buruk tersebut, Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam
telah mengajarkan sebuah doa,
Allahumma
laa thoiro illaa thoiruka, wa laa khoiru illaa khoiruka, wa laa Ilaaha ghairuka
“Ya
Allah! Tidak ada kesialan kecuali kesialan yang Engkau tentukan, dan Tidak ada
kebaikan kecuali kebaikan-Mu, serta tiada Ilah (yang berhak disembah) selain
Engkau.” (Shahih; HR. Ahmad, II/220)
Ini
adalah doa penghilang was-was. Doa ini sangat penting. Hendaknya setiap muslim
menghafal dan mengamalkannya. Sebab doa akan selalu dibutuhkan.
Ini lah pembahasan
yang berkaitan dengan khouf, sekali lagi khouf adalah rasa takut, dan
rasa takut ini tidak boleh kecuali hanya untuk Allah saja.
Intinya, apabila rasa
takut pada hal-hal yang tidak dimampu kecuali oleh Allah, maka itu adalah takut
yang syirik. Sebagaimana yang telah kami jelaskan di atas. Gantungkanlah rasa
takut hanya kepada Allah, jangan menggantungkan takut kepada selain-Nya.
Di sana terdapat
takut yang dibolehkan, yaitu takut pada hal-hal yang bisa dirasakan oleh panca
indera, bisa dilihat, didengar, dirasa, diraba, dan dicium. Contoh; takut
kepada ular, takut kepada renternir, takut kepada racun, takut kepada majikan,
dan seterusnya.
Demikianlah kaedah
yang penting untuk diperhatikan.
Adapun berkaitan
dengan roja’, roja’ adalah rasa harap. Rasa harap ini tidak boleh
kecuali hanya untuk Allah saja. Harapan yang dimaksud adalah mengharap sesuatu
yang tidak dimampu kecuali hanya Allah. Yaitu sesuatu yang hanya Allah saja
yang mampu. Contohnya; siapa yang mampu menghidupkan, mematikan, memberi rizki,
memberi anak, memberi panen, memberi hujan, memberi kesembuhan, memberi bencana?
Itu semua hanya Allah yang mampu.
Maka mengharap
hal-hal seperti itu dari selain Allah tidak dibolehkan, dan hukumnya syirik.
Seperti; berharap rizki dari pesugihan, beharap dari dukun agar umurnya
panjang, berharap dari Nyi Roro Kidul agar memberikan panen, berharap dari
kembang agar sembuh penyakit, itu semua adalah syirik.
Suatu ketika saat
gunung merapi hampir meletus, ada orang-orang yang memberikan sesajen, mereka
berharap supaya tidak ada bencana. Coba kita pikirkan, siapa yang mengatur
bencana? Allah atau penunggu gunung berapi? Mengapa mereka tidak berharap
kepada Allah saja?
Sekali lagi,
apabila sesuatu itu hanya Allah yang mampu, maka tidak boleh berharap kepada
selainnya.
Adapun mengharap
sesuatu dari orang yang bisa mengerjakannya, maka hukumnya boleh-boleh saja.
Seperti seorang istri mengharap belanja dari suami, anak mengharap uang jajan
dari bapaknya, dan seterusnya. Sebab, orang yang diminta mampu mengerjakannya.
Perlu diperhatikan
juga, bahwa tidak boleh berharap kepada benda-benda mati, seperti berharap
kekuatan dari jimat, keris, sabuk, sorban, dan semisalnya. Tidak boleh pula
berharap kesembuhan dari kertas-keras bertuliskan mantra-mantra, meskipun
mantra-mantra tersebut diambil dari tulisan Al-Qur’an.
Terkadang sebagian
orang keliru dalam mengucapkan sesuatu. Contohnya; gara-gara obat ini aku
sembuh, padahal yang mampu menyembuhkan adalah Allah. Atau gara-gara hujan
bulan Maret sawahku panen, padahal yang memberikan panen adalah Allah.
Sebaiknya
kalimat-kalimat seperti itu dirubah. Misalnya dirubah dengan “Setelah minum
obat ini, Allah memberiku kesembuhan.” “Setelah hujan kemarin, Allah
memberiku panen.” Yaitu menggunakan kata “Setelah” bukan “Gara-gara
ini dan itu”.
Sebagai hamba
Allah hendaknya kita takut dan berharap hanya kepada Allah.
Sebagai penutup
tulisan ini, kami nasehatkan agar menjauhi tayangan-tayangan TV yang berbau
misteri atau horor, berbau perdukunan, ramalan, sulap, dan sebagainya. Begitu
juga kita harus menjauhi Koran, majalah, komik, buku, ataupun bacaan lainnya
yang berkaitan dengan zodiak dan ramalan bintang, atau berbau mistik lainnya.
Ini semua banyak tersebar, padahal dapat mengurangi nilai dan kuatnya aqidah serta
keyakinan kepada Allah.
Ini lah sekelumit
tulisan terkait dengan harap dan takut, semoga dengan ini mampu menyadarkan
kita dan memberi wawasan Islam kita. Dan kita berharap kepada Allah supaya
menjadikan kita sebagai orang-orang yang Islamnya lurus.