Assalaamu'alaykum ashabiy...
ana dapet cerita dari teman ane, sebut aja si El.... hmmm
semoga dapat diambil hikmahnya....
check it out....!
ana dapet cerita dari teman ane, sebut aja si El.... hmmm
semoga dapat diambil hikmahnya....
check it out....!
CAHAYA DALAM MAYA
aku adalah seorang siswa yang polos kala itu, dan itu ketika aku
masih duduk di kelas X SMA. Yang masih terkurung jati diri ini dalam jiwa yang
belum bisa terungkap. Hingga suatu hari aku mengenal seorang ikhwan dari dunia maya. Dunia yang awalnya tabu
bagiku, entah kenapa semakin terasa manis di dalamnya. Ia adalah seorang ikhwan
yang ramah bagiku, karena memang baru kutemukan sosok seperti dia di hidupku,
meski hanya dalam dunia maya namun ia nyata. Kisah-kisah darinya sering
mengalir menyejukkan hati yang tengah tererosi kala itu. Nasihat-nasihatnya
bagiku sangat berharga, bahkan satu kata saja darinya sering membuatku
bersemangat dalam berbuat kebaikan. Kurasa itu memang karakter dakwahnya pada
teman-temannya.
Semakin lama aku mulai
ketergantungan dengan nasihat-nasihatnya yang mengukir hati ini semakin megah.
Dia lah yang memberikan shock therapy kepadaku ketika aku bertanya “bagaimana
cara agar kita bisa senantiasa bersemangat serta bersunggu-sungguh dalam
menggali kemuliaan-kemuliaan ilmu?”
Dan tahukah apa jawabnya, dia menjawab dengan jawaban yang belum pernah bisa aku lupakan : “ukhty, ana menganggap bahwa mempelajari ilmu itu adalah sebuah amanah dari ummat kepada ana dan suatu saat ana akan mempertanggungjawabkannya. Jika bukan kita yang berkhidmat kepada Diin ini lantas siapa lagi?!”
Dan tahukah apa jawabnya, dia menjawab dengan jawaban yang belum pernah bisa aku lupakan : “ukhty, ana menganggap bahwa mempelajari ilmu itu adalah sebuah amanah dari ummat kepada ana dan suatu saat ana akan mempertanggungjawabkannya. Jika bukan kita yang berkhidmat kepada Diin ini lantas siapa lagi?!”
Ya,
seperti itulah untaian kalimat darinya yang telah mampu meruntuhkan tebing-tebing
noktah hitam hatiku serta membangunkan senyawa-senyawa yang telah lama terlelap
dalam mimpi.
Setiap kali aku merasa hampir putus
asa, seringkali aku meminta nasihat kepadanya. Dan qodarullaah memang
seakan-akan kata-katanya adalah obat termujarab kala itu.
Namun
, dibalik ketentraman hati itu kurasakan pula rasa bimbang yang sangat tiap
malam. Hingga bintang pun yang menjadi saksi akan butiran-butiran air yang
jatuh dari kedua mata ini.
Terasa emosi batin yang
bercampur-aduk itu memuncak ketika ia berpamitan untuk pergi masuk ma’had di
salah satu ma’had Jawa Tengah. Ketika itu aku sangat bahagia sekaligus sangat
sedih. Bagaimana tak bahagia jika melihat saudara muslimnya bersungguh-sungguh
dalam menuntut ilmu. Namun bagaimana pula bisa aku tiada merasa sedih sedangkan
salah satu orang yang memotivasi hendak pergi. Batinku pun menjerit,”bagaimana
denganku nanti, siapa yang akan menasehati serta memotivasiku lagi... sedangkan
aku hanya manusia yang lemah.”
mau diapakan jua, hati itu akhirnya datang dan untuk yang terakhir kalinya menghubungiku untuk berpamitan dan kini ia sudah mulai masuk ma’had.
Allaahu Akbar!
mau diapakan jua, hati itu akhirnya datang dan untuk yang terakhir kalinya menghubungiku untuk berpamitan dan kini ia sudah mulai masuk ma’had.
Allaahu Akbar!
Perasaan
apa ini! Apakah ini yang disebut dengan Al-Hub (cinta)?
Perasaan
itu tidak seperti apa yang aku rasakan sebelumnya. Tapi apa daya kini Allaah
memisahkan dalam bayang-bayang maya di kehidupanku. Bahkan terkadang aku merasa
ia hanyalah makhluk fiktif belaka.
Dan pada suatu malam aku coba
mendengarkan dan merenungi Q.S. Ar-Rohmaan dengan khusyu’ dengan hanya berteman
rintihan air mata ini. Dan disitulah aku temukan jawaban akan kegusaran hati.
Dia yang kurasa hatiku tertambat
olehnya, hingga senantiasa teringat aku dengan Robbnya. Dan juga merasalah aku
bahwa ia laksana tetesan hujan yang membasahi keringnya jiwa.
Semua
itu hanyalah Fatamorgana! Bagaimana mungkin aku merasakan cinta yang haqiqi
jika bayangnya mengganggu pertemuanku dengan Robbku.
Bagaimana
bisa aku mengira perasaan ini diridhoi sedangkan tangisku hanyau untuknya saja..
Demi
Allaah ! betapa berdosanya segumpal daging dalam raga ini... aku telah
berkhianat kepada Robbul-Hub yang seharusnya cintaku yang sebenar-benarnya
hanyalah untuknya. Dan selama ini aku hanya mengkambing-hitamkan cinta untuk
menutupi kehinaan jiwa.
Menutupi
syubhat yang tiada telah busam...
Astaghfirullaah
al-azhiim....
Ya Allaah,
wahai Robb yang telah menganugerahkan cinta dan wahai engkau yang telah
menebarkan cinta diantara makhluk-Nya .... sungguh hamba mohon ampun kepada-Mu
Janganlah engkau biarkan hamba terombang-ambing dalam syubhat yang memicu murka-Mu. Tiadalah keberuntungan kecuali engkau mengampuni segala dosa-dosa ini.
Janganlah engkau biarkan hamba terombang-ambing dalam syubhat yang memicu murka-Mu. Tiadalah keberuntungan kecuali engkau mengampuni segala dosa-dosa ini.