Beberapa waktu lalu, BNPT kembali membuat issue tanpa bukti konkrit. Menanggapi tuduhan 19 pondok pesantren yang dianggap radikal tersebut, Ustadz Qosdi Ridwanullaah selaku pimpinan pondok mengatakan bahwa
selama ini BNPT belum pernah mengonfirmasi ke pihak pondok terkait hal
tersebut. “Belum ada pihak BNPT yang datang untuk meneliti ataupun
menyoal beberapa kurikulum yang diajarkan,” ujarnya kepada Kiblat.net,
Kamis (04/02).
Dia menjelaskan, Departemen Agama lah yang beberapa tahun lalu
meneliti ulang untuk pembaharuan izin. “Mereka minta semua data-data
Darusy Syahadah ini. Kita kasihkan dan hasilnya kita mendapat
pembaharuan izin dari departeman agama resmi,” kata dia sembari
menunjukkan bukti perizinan dari Kemenag.
Surat perizinan dari Kemenag Boyolali.
Ia juga mengungkapkan bahwa kurikulum di pesantrennya adalah berpedoman Al-Qur’an, As-Sunnah dan perkataan para ulama yang muktabar tentang dunia Islam. “Kurikulum kita sudah diteliti oleh Departemen Agama dan tidak ada yang menyeleweng dari dunia Islam,” ujarnya.
Saat ditanya hubungan dengan MUI, ia menuturkan bahwa pondok pesantren yang diasuhnya menjalin hubungan baik dengan MUI, baik yang di kecamatan atau kabupaten. “Bahkan salah satu di antara kami juga ada yang jadi anggota MUI di kecamatan. Artinya tidak punya masalah dengan MUI,” imbuhnya.
Selain dengan MUI, hubungan baik juga terbina di antara lembaga-lembaga lainnya semisal Muhammadiyah beserta lembaga pendidikannya. “Lembaga-lembaga itu kita sering silaturrahmi, seperti dengan MUI Boyolali. Jadi selama ini hubungan kita baik-baik saja dan tidak ada hal-hal yang dicurigai oleh mereka,” paparnya.
source: kiblat.net
editor : alqowarir